Tatkala orang tua kita membina pondok di hujung dusun
dan meletakkan buah harap pada pohon yang belum tentu berbuah
mereka pun sibuk-sibuk membina pagar di sempadan tanah kita
dan menanam pohon-pohon bambu
-hingga suatu waktu batang dan daunnya
bebas menjulai ke mana arah dibawa angin.
Tatkala pondok orang tua kita rebah disanggah hujan
dan pohon-pohon tidak juga memutikkan bunga
mereka pun memangkas rumpun-rumpun bambu
hingga tinggal batang-batangnya yang runcing
sedia menusuk ke telapak kaki kita
mengimpikan darah yang dimabukkan suasana.
Tatkala orang tua kita membina kembali pondok
mereka pun kembali menanam pohon-pohon bambu
untuk suatu waktu dipangkasnya kembali
hingga di sekeliling kita penuh
dengan batang-batang runcing bambu.
( soalnya bila lagi mata belati di kalbu kita kembali berkilat dan meruncing? )
Kredit:
Zaen Kasturi
Kuala Sungai Baru, Melaka
Comments (0)
Post a Comment